Showing posts with label cerita anak. Show all posts
Showing posts with label cerita anak. Show all posts

FABEL: PERSAHABATAN LANDAK DAN SEMUT BAGIAN 1: PERTEMUAN TAK TERDUGA

 


Di sebuah hutan yang lebat dan damai, hiduplah seekor landak bernama Lilo. Lilo sangat baik hati, namun ia sering merasa kesepian. Binatang lain takut mendekatinya karena duri-durinya yang tajam. Suatu hari, saat Lilo sedang berjalan murung di dekat pohon beringin tua, ia mendengar suara kecil meminta tolong. Di bawah sebuah daun kering, ia melihat seekor semut kecil bernama Sasa yang terjebak dalam genangan air. Tanpa ragu, Lilo mengulurkan moncongnya dan membantu Sasa keluar. Sasa sangat berterima kasih dan terpesona oleh kebaikan Lilo, mengabaikan duri-durinya. Mereka pun mulai mengobrol, dan Lilo merasa bahagia karena akhirnya ada yang mau berbicara dengannya tanpa rasa takut. Namun, perbincangan mereka terhenti saat tanah di sekitar mereka tiba-tiba bergetar hebat, diiringi suara gemuruh yang mendekat.

Kira-kira bahaya apa yang datang dan mengancam Lilo dan Sasa? Akankah persahabatan mereka yang baru terjalin langsung berakhir?

FABEL: TORA MENCARI IBU Chapter 10: Lebah Kecil, Hati Besar

 


Keesokan harinya, matahari menyinari sarang kecil itu. Tora terbang bersama Ibu ke taman bunga.
Kini, ia bukan hanya lebah kecil lucu dan periang. Ia adalah Tora yang berani, mandiri, dan penuh kasih.
Ia membantu lebah muda mengumpulkan nektar, dan kadang bercerita tentang petualangannya.
"Keberanian bukan berarti tak takut," katanya suatu hari. "Tapi tetap terbang meski takut."
Semua serangga kecil kagum padanya. Tapi Tora tetap rendah hati.
Ia tahu, rumah bukan sekadar tempat—tapi siapa yang bersamamu di dalamnya.
Dan kini, rumahnya lengkap. Ia punya Ibu, sahabat, dan kenangan yang akan mekar selamanya.
Tora pun tersenyum. Ia siap menghadapi hari-hari baru.
Dengan hati kecil yang besar.

FABEL: TORA MENCARI IBU Chapter 9: Cerita dan Pelukan

 


Malam itu, mereka duduk bersama di sudut sarang. Tora menceritakan semua perjalanannya—tentang Kiko, Ruri, Pak Tembo, Bibi Santi, Rio, dan Tuan Owi.
Bu Mina mendengarkan dengan mata berbinar.
"Kau hebat, Tora. Ibu bangga padamu."
"Aku hanya ingin Ibu pulang," jawab Tora.
Ibu mengelus kepalanya. "Dan Ibu hanya ingin memastikan kau baik-baik saja."
Mereka tertawa kecil.
Tora memeluk Ibu dengan erat.
"Ibu janji tidak pergi diam-diam lagi?"
"Janji. Tapi kalau pun Ibu pergi… kau sudah cukup berani untuk mencari, bukan?"
Tora tersenyum, malu-malu tapi bangga.
Ia tak tahu perjalanan sejauh itu bisa mengajarkannya banyak hal—tentang dunia, keberanian, dan cinta.

FABEL: TORA MENCARI IBU Chapter 8: Kembali ke Sarang

 


Tora terbang secepat mungkin melewati hutan, bukit, dan taman yang tadi ia lewati. Malam mulai turun, tapi bintang-bintang seperti menuntunnya pulang.
Saat sampai di dekat sarang, ia melihat cahaya kecil dari dalamnya. Bukan cahaya matahari… tapi cahaya hangat dari lilin madu.
"Ibu?" panggil Tora perlahan.
Dari dalam, terdengar dengungan lembut yang sangat ia kenal.
"Tora..."
Ia masuk, dan di sana... berdiri Ibu.
Bu Mina memeluknya erat.
"Aku mencarimu ke mana-mana," ucap Ibu pelan.
"Aku juga mencarimu, Bu."
Mereka saling menatap, lalu tertawa dalam tangis. Sarang itu kembali terasa hidup. Hangat.
Tora merasa aman. Akhirnya, ia kembali ke tempat yang paling ia rindukan.

FABEL: TORA MENCARI IBU Chapter 7: Bukit Pelindung

 


Bukit Pelindung tinggi dan hijau, dipenuhi bunga yang mekar hanya saat senja. Angin lembut meniup rambut-rambut bunga, seakan menyambut Tora.
Ia terbang ke puncak dengan napas berat tapi semangat penuh.
Di sana, ia tidak langsung melihat siapa pun. Tapi ia mengenali bekas tapak kaki kecil... lebah!
"Ibu pasti di sini tadi!"
Ia mencari di balik bunga dan semak, tapi hanya keheningan yang menjawab.
Tiba-tiba, dari balik semak, seekor kelinci kecil muncul.
"Kau cari lebah besar? Ia meninggalkan pesan di bawah batu datar itu."
Dengan gemetar, Tora membuka daun kecil yang diselipkan:
“Tora sayang, jika kau membaca ini, Ibu menunggumu di tempat semuanya bermula.”
Mata Tora membulat. Tempat semuanya bermula...
Sarang!
Ia membalikkan badan dan langsung terbang ke arah rumah, air matanya tertinggal di udara senja.

FABEL: TORA MENCARI IBU Chapter 6: Hutan Senja

 


Langit mulai jingga saat Tora masuk ke Hutan Senja. Daun-daun berguguran perlahan, dan udara terasa tenang.
Tora terbang pelan di antara ranting, hingga matanya menangkap siluet besar di atas dahan: seekor burung hantu berjubah bulu putih keperakan.
"Tuan Owi?"
Burung hantu itu menoleh perlahan. "Siapa yang memanggilku?"
"Aku Tora. Aku mencari Ibuku, Bu Mina. Kata semut Rio, Ibu ke sini..."
Tuan Owi menatapnya dengan bijak. "Benar. Dia datang mencarimu. Ia khawatir, lalu melanjutkan ke Bukit Pelindung. Katanya, itu tempat kalian biasa melihat matahari pagi bersama."
Tora tersenyum kecil. Itu benar.
"Ibu yakin kau akan mencarinya. Dia percaya padamu."
Tora mengangguk, terharu. Ia berpamitan dengan sopan, dan melanjutkan perjalanan terakhirnya. Kali ini, hatinya yakin.
"Ibu… aku hampir sampai padamu."

FABEL: TORA MENCARI IBU Chapter 5: Lembah Cermin

 


Di Lembah Cermin, airnya jernih hingga memantulkan bayangan langit. Tora hinggap di pinggir dan menatap air.
Bayangannya tampak kecil dan lelah. Tapi di matanya, ada semangat.
Suara gemerisik terdengar. Tora cepat menoleh. Seekor semut bernama Rio muncul membawa setetes air.
"Kau terlihat letih, lebah kecil."
"Aku cari Ibu. Katanya ke lembah ini..."
Rio berpikir. "Aku lihat lebah besar tadi. Ia bicara dengan burung hantu tua di Hutan Senja."
"Burung hantu?" Tora agak gugup. Ia dengar burung hantu makan serangga.
"Tapi yang satu ini tidak. Dia bijak. Namanya Tuan Owi."
Dengan semangat baru, Tora mengepakkan sayapnya lagi. Hatinya deg-degan. Apakah kali ini ia akan bertemu Ibu?

FABEL: TORA MENCARI IBU Chapter 4: Taman Madu

 


Taman Madu dipenuhi bunga warna-warni. Aroma nektarnya harum semerbak. Tapi Tora tak menemukan siapa pun.
Ia menyusuri bunga demi bunga, lalu bertemu dengan Bibi Santi si kumbang tua.
"Kau dari koloni bukit ya? Kau anak Bu Mina?"
Tora bersinar senang. "Iya! Ibu ke sini?"
Bibi Santi tersenyum lembut. "Benar, dia datang pagi ini. Dia menaruh nektar untuk lebah muda yang sakit, lalu pergi ke Lembah Cermin."
"Lembah Cermin?"
"Itu tempat tenang untuk merenung. Mungkin dia khawatir padamu."
Tora mengangguk. Ia merasa lebih dekat. Ia mengucapkan terima kasih dan menyimpan sehelai bunga kenanga yang diberikan Bibi Santi.
"Ibu pasti mencariku juga..." gumamnya sambil terbang ke lembah berikutnya.

FABEL: TORA MENCARI IBU Chapter 3: Batu dan Gemuruh

 



Air Terjun Kristal megah dan dingin. Kabutnya menyelimuti pepohonan di sekitarnya.
Tora hinggap di batu besar, menatap derasnya air.
"Ibu... apakah kau di sini?"
Dari balik semak, keluar seekor katak tua. Namanya Pak Tembo. Ia bijak dan sering membantu serangga kecil tersesat.
"Aku cari Ibu. Kata Ruri, dia ke sini," ucap Tora.
Pak Tembo mengangguk. "Ada lebah besar tadi pagi. Ia tampak bingung dan bertanya arah ke Taman Madu di timur."
Tora terkejut. Taman Madu tempat favorit Ibu waktu kecil!
"Aku harus ke sana!"
Pak Tembo memberinya daun semanggi sebagai pelindung dari hujan embun.
"Terima kasih, Pak Tembo!" seru Tora dan terbang lagi, berharap jejak sang ibu semakin dekat.

FABEL: TORA MENCARI IBU Chapter 2: Hutan Angin Utara

 


Tora tiba di Hutan Angin Utara, tempat yang terkenal berangin dan penuh bunga liar.
"Semoga Ibu ke sini," gumamnya. Angin berhembus kuat, membuat Tora harus terbang pelan.
Tiba-tiba, dedaunan bergerak. Muncul Ruri si ulat hijau yang sedang meringkuk di balik daun.
"Hai, Ruri. Kau lihat Ibu Lebah lewat sini?"
Ruri menggeleng, "Tapi aku lihat seekor lebah besar tadi pagi. Ia tampak lelah dan terbang rendah ke arah Air Terjun Kristal."
"Air Terjun Kristal?" tanya Tora penasaran.
"Itu arah barat. Tapi jalannya curam dan banyak bebatuan."
Tora mengucapkan terima kasih.
Meski sedikit takut, Tora tahu ia harus terus maju. Ia berpamitan, lalu terbang ke arah barat, menuju suara gemuruh air yang terdengar dari kejauhan.

FABEL: TORA MENCARI IBU Chapter 1: Sarang yang Sepi

 


Tora terbangun pagi itu dengan semangat seperti biasa. Tapi ada yang aneh. Sarangnya sunyi. Tak ada dengungan Ibu seperti biasanya.
"Ibu?" panggilnya pelan. Tak ada jawaban. Tora keluar dari sarang dan melihat ke sekeliling. Hutan bunga tampak biasa, tapi tak ada tanda-tanda Ibu.
"Ibu pasti sedang mencari nektar," pikir Tora, meski hatinya cemas. Ia memutuskan mencari sendiri. Ia membawa kantong nektarnya dan mulai terbang menyusuri padang bunga.
Di tengah terbang, ia bertemu dengan Kiko si kepik.
"Kau terlihat bingung, Tora."
"Aku kehilangan Ibu..."
Kiko mengangguk, "Mungkin dia ke arah hutan utara. Tapi hati-hati, angin di sana kencang."
Tora mengangguk dan melambai pada sahabatnya.
"Aku akan menemukan Ibu!" serunya mantap, meski hatinya masih diliputi tanda tanya.

NAMA KATAK DALAM CERITA NARUTO

 



Berikut beberapa nama katak yang ada dalam cerita Naruto

·       Katak Senior:

-       Gamamaru (Ōgama Sennin): Katak tertua yang dihormati di Gunung Myōboku dengan kemampuan meramal masa depan.

-       Fukasaku: Katak berusia lebih dari 800 tahun yang bijak dan ahli dalam menggunakan genjutsu, serta suami dari Shima.

-       Shima: Istri Fukasaku yang juga bijaksana dan memiliki intuisi tajam dalam pertarungan.

·       Katak Pemimpin:

-       Gamabunta: Bos katak di Gunung Myōboku yang memiliki kekuatan fisik luar biasa dan bisa mengeluarkan minyak katak.

·       Katak Kuat:

-       Gamahiro: Katak raksasa yang membawa dua katana besar dan terampil dalam menggunakan taijutsu.

-       Gamaken: Katak besar yang membawa sasumata dan tameng sakazuki, serta memiliki kemampuan bertempur yang seimbang.

·       Katak Lainnya:

-       Gama: Katak yang berperan sebagai penjaga gulungan kontrak kuchiyose.

-       Gamakichi: Anak sulung Gamabunta yang cerdas dan memiliki kemampuan menggabungkan genjutsu dan senjutsu.

-       Gamatatsu: Adik Gamakichi yang memiliki sifat polos dan bisa mengeluarkan semburan minyak.

-       Gamariki: Katak yang ahli dalam menggunakan genjutsu dan memiliki teknik ciuman yang bisa menjebak musuh.

-       Gerotora (Gamatora): Katak yang menjaga gulungan rahasia dan dipercaya oleh Minato.

-       Gamatama: Katak muda yang bertugas sebagai petugas registrasi nama di Gunung Myōboku.

-       Gamakou: Anak Fukasaku dan Shima yang dijuluki "Toad Prince".

FABEL: SPEEDY CAT AND CHILL TURTLE

 


In a peaceful little village lived two very different friends: Koko the cat and Kuri the turtle.
Koko was known for being agile, fast, and just a little bit arrogant.
Meanwhile, Kuri was slow, calm, and always carried his house wherever he went.

One day, Koko was sitting on a fence, teasing Kuri, who was slowly making his way to the pond.

“Hey, Kuri! Are you walking or daydreaming? If you had a walking race with a snail, the snail would probably get mad for having to wait for you!” Koko laughed out loud.

Kuri stopped and looked at Koko patiently. “You know, Koko? Sometimes the slow ones are the ones who arrive first.”

Koko laughed even harder. “What?! Are you saying you could beat me in a race?”

Kuri smiled. “Let’s prove it. Let’s race from here to the big mango tree at the edge of the meadow.”

Feeling like he had already won, Koko agreed without hesitation.

The next day, all the animals in the village gathered to watch. There was Mouse, Chicken, Duck, and even Pig, who came carrying a bucket of popcorn (no one knows from where). The race was about to begin!

“Three... two... one... GO!” shouted Duck, who was acting as the referee.

Koko shot off like an arrow. Dust flew, leaves spun, and within seconds, Koko was already halfway there. He looked back—Kuri hadn’t even reached the first bend.

“This is way too easy,” Koko thought. “I can take a little nap and still win.”

He lay down under a tree and started purring softly, “Zzz... zzz…”

Meanwhile, Kuri kept walking slowly but steadily. “Small steps, but steady,” he mumbled with a smile.

Hours passed. Koko was still fast asleep, dreaming of grilled fish and dining with a Persian cat in Paris.

Eventually, Kuri passed by the sleeping Koko, silent as ever. Step by step, he made it to the finish line, greeted by cheers from all the animals.

As the sun was about to set, Koko woke up and was shocked to see Kuri surrounded by excited friends.

“What?! How is that possible?!” Koko asked in disbelief.

Kuri just smiled. “You’re fast, Koko, but I’m consistent.”

Koko bowed his head in shame, then burst out laughing. “Alright, Kuri. From now on, I won’t underestimate turtles ever again. Not even the ones carrying luggage!”

All the animals burst out laughing. Pig even choked on his popcorn.

Since that day, Koko and Kuri remained best friends. Koko learned to be more patient, and Kuri... well, he kept walking slowly. Because really, what’s the rush when you can take it easy and still get there?

Moral of the story: Don’t be arrogant just because you’re fast, and don’t feel small just because you’re slow. What matters most is to keep moving forward!

 

FABEL: "SI KUCING CEPAT, SI KURA SANTAI"

 


Di sebuah desa kecil yang damai, tinggallah dua sahabat yang sangat berbeda: Koko si kucing dan Kuri si kura-kura. Koko terkenal lincah, cepat, dan sedikit sombong. Sementara Kuri dikenal lambat, tenang, dan selalu membawa rumahnya ke mana pun ia pergi.

Suatu hari, Koko duduk di atas pagar sambil mengejek Kuri yang sedang berjalan pelan sekali menuju kolam.

“Hei, Kuri! Kamu itu jalan atau lagi ngelamun? Kalau kamu lomba jalan sama siput, bisa-bisa siputnya marah karena nungguin kamu!” kata Koko sambil tertawa terbahak-bahak.

Kuri berhenti dan menatap Koko dengan sabar. “Kamu tahu, Koko? Kadang yang lambat justru sampai duluan.”

Koko tertawa lebih keras. “Apa?! Kamu mau bilang kamu bisa ngalahin aku dalam lomba?”

Kuri tersenyum. “Yuk, kita buktikan. Kita adakan lomba dari sini sampai pohon mangga besar di ujung padang rumput.”

Koko yang merasa menang sebelum bertanding langsung menyetujui.

Keesokan harinya, semua hewan di desa berkumpul. Ada Tikus, Ayam, Bebek, bahkan Si Babi datang membawa popcorn (entah dari mana). Lomba dimulai!

“Tiga... dua... satu... MULAI!” teriak Bebek yang jadi wasit.

Koko langsung melesat seperti panah. Debu beterbangan, daun-daun berputar, dan dalam hitungan detik, Koko sudah setengah jalan. Ia melihat ke belakang. Kuri bahkan belum mencapai tikungan pertama.

“Yah, ini terlalu mudah,” pikir Koko. “Aku tidur sebentar saja, masih sempat menang.”

Koko lalu rebahan di bawah pohon sambil mengeong pelan, “Zzz... zzz…”

Sementara itu, Kuri berjalan pelan-pelan, tapi tidak berhenti. “Langkah kecil, tapi pasti,” gumamnya sambil senyum-senyum sendiri.

Jam demi jam berlalu. Koko masih terlelap, bahkan sampai mimpi makan ikan bakar bersama kucing Persia di Paris.

Kuri akhirnya melewati Koko yang tidur pulas dan melanjutkan perjalanannya tanpa suara. Ia tiba di garis akhir disambut tepuk tangan hewan-hewan desa.

Saat matahari hampir terbenam, Koko terbangun dan terkejut melihat Kuri sudah dikerubungi teman-teman yang bersorak.

“Apa?! Kok bisa?!” tanya Koko panik.

Kuri hanya tersenyum, “Kamu cepat, tapi aku konsisten.”

Koko tertunduk malu, lalu tertawa. “Baiklah, Kuri. Mulai sekarang, aku nggak akan meremehkan kura-kura lagi. Bahkan kalau kura-kura itu bawa koper.”

Semua hewan tertawa. Bahkan Babi sampai tersedak popcorn.

Sejak hari itu, Koko dan Kuri tetap bersahabat. Koko belajar untuk sabar, dan Kuri belajar... untuk tetap jalan pelan saja. Karena kenapa harus cepat-cepat kalau bisa santai dan tetap sampai?

Pesan moral: Jangan sombong karena cepat, dan jangan minder karena lambat. Yang penting, terus melangkah!

 

PEMILIK TOKO YANG PEMARAH DAN SI PENGEMIS YANG BERHATI MULIA

 


 

 

Setiap pagi Apin tak pernah telat membuka toko sembakonya. Akan tetapi , setiap membuka tokohnya Apin selalu kesal. Ia selalu mendapati seorang pengemis selalu tidur di depan tokonya.

Hari pertama Apin membuka toko dan melihat si pengemis sedang tidur. Merasa geram Apin mengambil sebuah kemoceng dan mengganggu sang pengemis supaya bangun.

Apin:   uiiiii….uiiii… (kata Apin sambil menusuk-nusuk bulu kemoceng ke hidung sang pengemis yang tidur)…
Pengemis: hemmm..(terbangun samba mengucek-ngucek matanya)
Apin: ngapain kamu ada di depan toko saya.. pergi sana..
Sang pengemis pun lari terbirit-birit meninggalkan toko milik Apin. Melihat pengemis itu lari Apin merasa tenang.

Hari kedua Apin kemabali membuka toko nya lebih awal. Apin ternyata masih mendapati sang pengemis tidur didepan tokonya. Sang pengemis tampak tidur pulas sambil sesekali ngupil. Melihat tingkah sang pengemis, Apin naik pitam. Ia pun pergi kedapur dan mengambil seember air hujan..

Gyuuuuuuurrrrrrrrrrr..sang pengemis pun bangun dengan basah kuyup..

Apin: kamu ini tidak tahu diri ya, sudah saya usir masih juga kamu disini.. pergii kamu pergi.. (teriak apin kepada sang pengemis)
Sang pengemis tanpa berkata banyak langsung lari.. Samsono, pemilik ruko yang ada di sebelah toko sembako Apin pun geleng-geleng melihat Apin yang sedang marah..
Samsono: Sabar Pin dia itu manusia jugaaa..
Apin: abis tak tahu diri tu pengemis, ada terus.. kalau besok masih ada lagi dia akan aku pukul.. (kata apin dengan urat yang muncul di bagian kepalanya)

Malam berlalu, dihari ketiga Apin kembali mebuka tokonya di pagi hari. Apin mencium ada bau air kencing dibagian pintunya. Lagi-lagi sang pengemis masih saja tidur di depan rukonya. Dengan sekuat tenaga Apin pun memukul si pengemis…
Gebakkkkkk… Gebuuukkk….Gebakkk Gebuukkkkk..

Apin: Awas kamu ada disini lagi.. kalau masih ada disini, kamu saya jamin bakal masuk rumah sakit..
Pengemis: Ampun pakkk..ampunnn.. (ucap sang pengemis, sambil merintih dan pergi meninggalkan toko Apin)

Samsono yang melihat kelakuan Apin justru mengelus dada. Ia pun kembali menasehati Apin.
Samsono: Sabar Apin.. diakan cuma numpang tidur.. dia juga manusia, tidak boleh diperlakukan begitu.. nanti kamu menyesal..
Apin: biarkan saja, tidak ada manfaatnya pengemis itu..

Pada hari ke empat, Apin kembali membuka tokonya seperti biasa. Namun ada yang berbeda, Apin tidak menemui sang pengemis tertidur di depan tokonya. Demikian pula hari ke lima dan hari ke tujuh.

Pada hari selanjutnya Apin justru merasa jangal dengan tidak adanya si pengemis. Ia justru merasa bersalah dengan sang pengemis. Samsono yang melihat Apin mencari-cari sang pengemis menegurnya.

Samsono: kan kamu mencari pengemis itu.. dia tidak akan pernah kembali pada mu..
Apin: kenapa begitu?
Samsono: kamu pasti akan tahu.. (ucapnya sambil memandang sebuah kamera CCTV yang terpajang di depan toko Apin)

Mengetahui isyarat dari Samsono, Apin pun membuka data file CCTVnya. Pada malam hari pertama sang pengemis tidur di depan rukonya, putri dari Apin tampak memberi makan sang pengemis. Pada malam hari kedua, tepat didepan toko, putri dari Apin hendak diperkosa preman, namun si pengemis datang dan berduel dengan para preman, hingga akhirnya sang preman kabur. 

Di malam hari ketiga, terlihat dari CCTV ada seorang pemabuk yang kencing di depan toko milik Apin, dan lagi-lagi sang pengemis mengusirnya. Pada malam hari ke empat, CCTV tersebut meperlihatkan ada dua orang pria yang menggunakan topeng, hendak mencoba membongkar pintu toko Apin. Tiba-tiba sang pengemis datang memergoki mereka, lagi-lagi si pengemis terlibat duel demi mengamankan toko milik Apin. Pada duel itu, salah seorang perampok mengeluarkan sebila pisau dan menusuk sang pengemis. Setelah menusuk kedua perampok pergi meninggalkan sang pengemis yang tak berdaya.
Sang pengemis merintih, dan merayap kedepan pintu ruko Apin, sambil minta tolong. Malangnya, Apin dan pemilik toko lainnya tidak ada yang membukakan pintu. Hingga akhirnya ada seorang pemuda mendapati sang pengemis tak bernyawa, lalu dibawa oleh ambulan.

Melihat hasil CCTV itu, Apin pun sedih dan menyesal karena telah bertindak kasar kepada si pengemis. Hanya karena perawakan sang pengemis yang kumal, Apin lalu membencinya. Hingga pada akhirnya, sang pengemis pergi untuk selamanya.

SANG PUTRI YANG SUKA TIDUR

 


 

Pada suatu hari hiduplah seorang putri bernama naomi, ia tinggal bersama ibu, bapa, kakak, adik, dan bibinya. Ia hidup dalam istana namun sayangnya naomi sangat suka tidur. Bibinya bernama mbok minah selalu kesulitan membangunkan putri naomi bahkan adik dan kakaknya merasa jengkel pada nya.

Di kerajaan bagian utara ada pangeran yang tertarik pada putri naomi bernama pangeran william, namun sayangnya putri naomi tidak menyukai dirinya.

Sekarang adalah jadwal sang putri mandi aduhhh mbo minah kesulitan sekali membangunkan purti naomi, tapi akhirnya putri bangun dan mandi. Ketika putri mandi ibu naomi merasa bingung hampir 2 jam naomi tidak keluar kamar mandi setelah di lihat ternyata putri tertidur. Ibu naomi memarahinya dan di marahi juga oleh ayahnya.

“anaku sayang kenapa kamu suka tidur?”
“iyah lah ayah hidup kan perlu tidur!”
“tapi kamu berlebihan sudah kalau ayah dengar kamu tidurnya berlebihan kamu akan mendapatkan hukuman”

Naomi sangat kecewa keputusan ayahnya itu, akhirnya ia memutuskan untuk pergi meninggalkan istana. Ketika mbok minah hendak membangunkan putri naomi mbok minah terkejut ada sepucuk surat di tempat tidur putri naomi isi surat

“semua keluarga aku, maafkan aku. Aku harus pergi meninggalkan rumah aku sudah tak tahan di istana aku minta maaf..” pesan singkat

Mbok minah terkejut sekali lalu ia memberitahu ibu sang putri ia terkejut dan pingsan. Ayah naomi terkejut dan mengharap putri kembali ke istana.

Putri telah sampai di sebuah rumah kecil yang sangat sederhana rumah itu dihuni oleh seorang kakek dan anaknya bernama dany. Dany berusia 18 sama seperti putri naomi. Putri pergi ke rumah itu dan mengharap ia boleh tinggal disana, kakek itu mengizinkan dan bertanya pada putri mengapa dia pergi dari istana.

Putri naomi menceritakan panjang lebar dan kakek pun mengerti, dany hanya tertawa, dan putri naomi merasa kesal..

Sudah berbulan-bulan ia tinggal disana dany dan naomi merasakan benih benih cinta yang mereka rasakan, meraka jatuh cinta! Namun ibu naomi yang sedang disana mengetahui putri naomi ada disana, ibu naomi menghampiri rumah itu dan membawa putri pulang.

“maafkan ibu dan ayahmu naomi” uacap ibu naomi
“iya ibu tapi aku ingin menikah…”
“oke ibu akan adakan sayembara’
“ehh…” naomi bingung

Padahal ia ingin dengan dany.

Sayembara itu dilaksanakan dan pangeran william ikut di sayembara itu. Dany yang merasa putus asa akhirnya juga mengikuti sayembara itu. Pangeran william curang dalam sayembara itu. Akhirnya dia menang dan sudah di putuskan dia akan menikahi putri namun…
“tunggu!!!” ucap dany
“pangeran william curang!”
“apa?” sontak ibu dan ayah naomi
“apa benar william?” ibu naomi bertanya
“ehh iyah maafkan aku..!” ucap william
“wah pangeran pun curang! Kalau begitu dany lah yang akan menikahi putri naomi!” ucap ibu naomi

Meraka pun menikah dan bahagia selamanya..

MARBHIKE, ULAR PUTIH PEMBERANI

 


 

Pada zaman dahulu, di sebuah Kerajaan di daerah pesisir pantai Pasar Bawah Kabupaten Bengkulu Selatan, Provinsi Bengkulu. Hiduplah sepasang Raja dan Ratu. Sang Raja bernama Soeparau, sedangkan Sang Ratu bernama Dini Terira. Mereka berdua hidup bahagia sampai sang Ratu melahirkan.

Suatu hari, ketika sang Ratu hendak melahirkan, mereka mengharapkan anak yang berbakti dan berwibawa. Kalau bisa si cakep baik perempuan maupun laki-laki. Sebelum sang Ratu melahirkan, sang Ratu mendapat perasaan yang tidak baik terhadap kandungannya. Ternyata, perasaan itu menjadi kenyataan. Sang Ratu melahirkan anak yang tidak meraka harapkan. Akan tetapi, sang Ratu melahirkan seekor ular putih betina. Sang Ratu pun terkejut sambil berkata, “Ini tidak mungkin, ini hanya mimpi kan? Kanda, aku… aku… aku tidak mungkin melahirkan seekor ular putih ini, Ya Tuhan, apakah ini cobaan bagi keluargaku?” Ratu pun menangis karena Ratu tidak menyangka bahwa bayi yang ia lahirkan adalah seekor ular betina yang tidak mereka harapkan.

Lalu, sang ular putih pun berbicara “Bunda, ini merupakan sebuah kutukan dari seorang penyihir keji yang tidak menginginkan Bunda dan Ayah hidup bahagia.”
Ratu pun terkejut ketika mendengar perkataan dari ular putih itu, sambil berkata. “Ya Tuhan. Kanda, ular ini bisa berbicara, apakah ini merupakan keajaiban dari tuhan, Kanda?”
Raja pun tersenyum sambil menjawab, “Mungkin saja Dinda, maka dari itu, alangkah baiknya jika kita merawat ular ini sampai besar kelak, Dinda?” Sang Ratu pun menganggukkan kepalanya sambil berkata, “Baiklah, Kanda, ular ini akan Dinda beri nama Marbhike Poetrie, yaitu ular putih betina yang hebat.

6 tahun kemudian, Marbhike menjadi lebih dewasa, dia sering ke hutan mencari mangsa untuk makananannya sambil diikuti lima orang penjaga.

Suatu hari, entah kenapa dia hanya ingin pergi ke hutan sendirian tanpa harus dikawal para penjaga istana. Ratu melarang Marbhike kehutan sendirian karena ia khawatir terjadi hal-hal buruk yang menimpa Marbhike. Akan tetapi Marbhike merujuk terus-menerus sampai Ratu mengizinkan ia pergi. Ratu sangat keberatan ditinggal Marbhike. Akan tetapi, mau gimana lagi, sang Ratu hanya bisa pasrah sambil berkata, “dengan berat hati bunda melepasmu, nak.” Ratu bersedih. “Terimakasih Bunda, aku akan membawakan kejutan untukmu. Aku berjanji, Bunda.”

Marbhike pun pergi dengan waspada. Ketika di tengah tengah perjalanan. Ternyata, banyak sekali mata-mata yang mengikutinya, termasuk ayahnya. Mereka mengikuti Marbhike agar tidak terjadi hal-hal yang demikian. Mereka sangat sayang kepada Marbhike, karna Marbhike adalah seekor ular yang imut, manis, pintar, dan bisa berbicara.

Ketika Marbhike di tengah-tengah hutan, Marbhike mendengar suara misterius yang menyebut namanya. “Marbhike… Marbhike… Marbhike..” Marbhike sangat ketakutan ketika mendengar suara misterius itu. Tiba-tiba… “auuuu… wah, cantik sekali diriku. Mungkin ini hanya mimpi, coba aku cubit pipiku. Au, sakit.” Marbhke sangat tidak menyangka perkataan yang ia bilang kepada bundanya menjadi kenyataan. “terimakasih, Ya Tuhan. Engkau telah membuatku menjadi manusia” Marbhike terharu.

Tetapi, Marbhike tidak mengetahui bagaimana caranya ia pulang. Untung saja ada sang raja dan pasukanya. Marbhike pun pulang dengan wajah yang sangat gembira dan rindu kepada sang bunda.

Sesampainya di Istana, Marbhike langsung memeluk bunda dan ayahnya. Marbhike menangis terharu karena tidak menyangka dirinya akan menjadi seperti ini. “Bunda, aku sangat senang akhirnya diriku bisa memelukmu. Ayah, terimakasih telah mengantarkanku pulang dengan selamat, yah. Engkau memang ayah yang cerdik dan pemberani.
Marbhike pun menikah dengan sang pangeran dari kerajaan sebelah. Dan akhirnya, Marbhike, sang pangeran, raja, dan ratu pun hidup bahagia selama-lamanya.

 

TEKS FABEL: SEMUT DAN KEPOMPONG || SOAL DAN JAWABANNYA

 Di sebuah hutan yang rindang, hiduplah seekor semut yang sombong. Ia suka mengejek hewan lain yang tidak bisa bergerak cepat seperti dirinya. Suatu hari, ia melihat seekor kepompong yang tergeletak di dahan daun yang patah. Semut itu bergumam, "Hmm, alangkah tidak enaknya menjadi kepompong, terkurung dan tidak bisa kemana-mana". "Menjadi kepompong memang memalukan!", teriak semut.


Namun, takdir berkata lain. Semut itu terjebak dalam lumpur hidup saat sedang berjalan. Ia tidak tahu menahu kalau lumpur itu bisa menghisap dirinya semakin dalam. "Tolong! Tolong!", teriak semut. Kupu-kupu yang dulu diejek semut, mendengar teriakan itu dan segera menolong semut. Setelah semut terbebas dari lumpur, ia mengucapkan terima kasih kepada kupu-kupu.


Soal1. Watak Semut dalam cerita di atas adalah

- A. Sombong

- B. Baik hati

- C. Penyayang

- D. Rendah hati


2. Mengapa semut terjebak dalam lumpur hidup?

- A. Ia tidak tahu lumpur itu bisa menghisap

- B. Ia sengaja masuk ke lumpur

- C. Ia dikejar kupu-kupu

- D. Ia ingin bermain


3. Siapa yang menolong semut dari lumpur hidup?

- A. Kucing

- B. Kupu-kupu

- C. Burung

- D. Semut lain


4. Pesan moral apa yang dapat diambil dari cerita di atas?

- A. Jangan sombong

- B. Jangan menolong

- C. Jangan berbicara

- D. Jangan bergerak


5. Apa yang terjadi pada semut setelah ia terjebak dalam lumpur hidup?

- A. Ia diselamatkan kupu-kupu

- B. Ia mati

- C. Ia selamat sendiri

- D. Ia ditinggalkan 


Berikut adalah jawaban dari soal-soal tersebut:


1. Watak Semut dalam cerita di atas adalah:

- A. Sombong


2. Mengapa semut terjebak dalam lumpur hidup?

- A. Ia tidak tahu lumpur itu bisa menghisap


3. Siapa yang menolong semut dari lumpur hidup?

- B. Kupu-kupu


4. Pesan moral apa yang dapat diambil dari cerita di atas?

- A. Jangan sombong


5. Apa yang terjadi pada semut setelah ia terjebak dalam lumpur hidup?

- A. Ia diselamatkan kupu-kupu 

The Muslim, Misteri Manusia Cahaya

 


Makhluk tersebut terus mendekat, mendekat dan mendekat. Seperti seekor predator yang menginginkan mangsanya. “Tolong” teriak mereka bersamaan. Aisyah dan Rasti gemetaran dan saling memegang tangan satu sama lain. “Ya Allah tolong kami!” teriak Aisyah. Tiba-tiba sebuah cahaya putih-kuning melesat dengan cepat dari belakang makhluk tersebut dan akhirnya menabrak makhluk tersebut hingga jatuh. Karena cahaya tersebut sangat terang Aisyah dan Rasti menutup mata mereka dengan tangan mereka. Dan ketika mereka membuka mata…

2 bulan yang lalu.. Universitas TKS.
“Aduh… Pusing kepalaku” Kata Rio kesal sambil memegang kepalanya. “Kenapa?” Tanya Agus. “Gara-gara pak kumis itu! Matematikanya, Aduh!! Susah banget!” Jawab Mio sambil menggenggam tangannya dengan kuat dan memukulkannya ke meja Kantin. (pause dulu ya.. Ini Rio. Orangnya baik, pintar, mudah bergaul juga jago olahraga terutama bulutangkis. Hanya saja dia ini mudah kesal terutama pada setiap hal yang tidak disukainya. Oke! Play lagi…). “kamu ini! Meja gak salah malah di pukul! Lebih susah lagi pelajaran aku, Bahasa Inggris! Dengan pak Inggris itu..” Jawab Agus sambil memutar bola matanya. (Pause lagi ya… nah yang satu ini namanya Agus! Badannya besar juga tinggi menunjukkan bahwa dirinya adalah seorang atlet, dia Baik juga pintar hanya saja dia sedikit ceroboh. It’s time to play again…).
“Karena Mata pelajaran kuliah sudah habis mampir dulu yuk kerumah!”. Ajak Rio. Agus menerima ajakan Rio dan segera pergi.

Di perjalanan….
“Kawan-kawan tunggu!!” Panggil Hasan sambil berteriak. (Pause sekali lagi! Hasan, orangnya ini baik, pintar badannya tinggi dan sedikit besar. Akan tetapi walaupun berbekal tubuh yang seperti itu, dia sama sekali tidak pernah menunjukkan kekuatannya pada siapapun. Play….). “Hasan ayo!”. Panggil Agus. Di perjalanan, “Grraahhmm!!”. Suara teriakan menyeramkan memekakkan telinga tersebut mengejutkan kawanan 3 serangkai tersebut. “eh.. Suara apa itu?”. Tanya Agus terkejut. “periksa aja yuk!” sambung Rio mengajak. “Hasan, kamu ikut tidak?”. Tanya Rio. “hah.. Iya deh jawab Hasan sedikit ragu. Setelah diperiksa.. Alangkah terkejutnya mereka melihat seorang laki-laki seperti seorang preman diikat kedua tangannya di akar pohon beringin sehingga tubuhnya membentuk huruf “Y”. “Astagfirullah! Apa yang terjadi?”. Tanya Hasan dengan jantung berdebar karena terkejut. “kamu nih nanya sama siapa? Emangnya kami tahu?”. Jawab Rio, panik. “Udah! Tolongin yuk”. Ajak Agus.

Mereka pun menolong orang yang diikat tersebut dengan memanjat. “Paman! Bangun paman!.” teriak Rio. “emangnya dia ini paman kamu Yo?” tanya Agus. “Ssst.. Diam! Orang lagi panik malah bercanda!” jawab Rio tegas. “pak! Bangun pak!” panggil Agus memotong ucapan Rio. “nah.. Sekarang emangnya dia jadi bapak kamu ya Agus!” tanya Rio membalas. Belum sempat Agus memberi jawaban Hasan berkata “Hei diam! Seperti anak kecil saja! sekarang paman ini sudah mulai bergerak”. Benar saja! Orang tersebut langsung bergerak! Dan… “Ugh… Allahu Akbar”. ucap Hasan. Ternyata paman tersebut langsung mencekik Hasan tanpa alasan yang jelas. “Astagfirullah! Apa yang paman lakukan?”. Teriak Agus tegang. Bola Mata orang tersebut langsung berubah merah dan seketika tubuhnya pun dipenuhi dengan bulu juga mulutnya yang memoncong dengan taring yang tajam seperti serigala jadi-jadian.

Kawan-kawan Hasan yang mencoba menolongnya langsung pingsan melihat wujud asli yang mereka tidak pernah melihatnya. Cengkeraman tangannya pada leher Hasan semakin kuat hingga… Allahu Akbar, Allahu Akbar… Suara Adzan telah berkumandang dan waktu Ashar telah tiba. Makhluk tersebut seketika melepas tangannya dari leher hasan dan langsung menghilang menjauh tak tahan akan suara Adzan yang baginya seperti senapan yang siap membunuhnya. “Alhamdulillah… Maha Besar Allah”. Ucap Hasan. Hasan mencoba tuk membangunkan kedua temannya tersebut dan akhirnya mengajak mereka untuk shalat Ashar berjama’ah di Masjid. Mulai dari bangun dari pingsannya sampai pulang dari Masjid kawanan 3 serangkai tersebut diam seribu bahasa.

“kamu nggak apa-apa kan? Hasan?” tanya Rio. “Tidak! Tidak apa-apa!” Jawab Hasan sambil menggelengkan kepalanya. “Dengar ya! Kita sebagai makhluk Allah yang paling sempurna tidak diperbolehkan untuk takut pada sesama makhluk Allah juga! Ingatlah kita itu harus selalu takut kepada Allah saja!”. Sambung Hasan menasihati.

Ghghdsguuhgdaaghrr… Suara yang sangat besar memekakkan telinga itu ternyata sebuah ledakan. Ledakan misterius tersebut membekaskan sebuah lubang besar di lapangan universitas. Semenjak kejadian tak mengenakan tersebut terjadilah berbagai teror yang terjadi… berhari-hari, berminggu-minggu sampai berbulan-bulan. Dan sang penyebab teror tersebut tidak lain tidak bukan makhluk jadi-jadian tersebut.

3 serangkai tadi merasa bersalah bahwa merekalah yang telah menyebabkan teror tersebut. Dan untuk menebusnya mereka akan berusaha untuk menangkap makhluk tersebut. Kebetulan saat itu mereka sedang libur. “Untuk menangkap makhluk tersebut kita memerlukan persiapan yang matang! Pertama kita harus mengetahui kapan makhluk tersebut muncul!” ungkap Agus. “Dia selalu muncul tepat pada pukul 10.10 menit dan 10 detik malam.” Jawab Rio. “karena dia muncul pada malam hari, kita memerlukan penerangan yang memadai.” “oke pertama alat penerangan!” ucap Rio sambil menulisnya di buku catatan kecilnya. “Kemudian kita butuh…”. Tak terasa waktu malam telah tiba sehabis sholat Isya mereka langsung berpencar mencari makhluk tersebut dengan peralatan yang sudah mereka persiapkan.

Di sebuah toko kecil dua gadis remaja keluar dari sana. Mereka hendak untuk pulang ke rumah. Tepat pukul 10.10 Makhluk jadi-jadian tersebut terbang ke luar dan menculik salah seorang di antara mereka, Aisyah. Temannya yang satunya, Rasti tidak tinggal diam dan langsung mengejar makhluk tersebut. Ketika sampai di sebuah lorong kecil makhluk tersebut melemparkan Aisyah kebagian sudutnya. “Aisyah! Kau tidak apa-apa?” Tanya Rasti sambil mendekati Aisyah. Makhluk tersebut turun dari atas lorong dengan membawa sebuah pisau kecil. Makhluk tersebut terus mendekat, mendekat dan mendekat. Seperti seekor predator yang menginginkan mangsanya. “Tolong” teriak mereka bersamaan. Aisyah dan Rasti gemetaran dan saling memegang tangan satu sama lain. “Ya Allah tolong kami!” teriak Aisyah. Tiba-tiba sebuah cahaya putih-kuning melesat sambil mengatakan “Hentikan!” dengan cepat dari belakang makhluk tersebut dan akhirnya menabrak makhluk tersebut hingga jatuh. Karena cahaya tersebut sangat terang Aisyah dan Rasti menutup mata mereka dengan tangan mereka. Dan ketika mereka membuka mata…

Seorang pria menggunakan helm dengan tangan yang bercahaya telah berdiri di depan mereka. Tangannya yang bercahaya tersebut sebenarnya berasal dari sarung tangan yang telah dimodifikasi menjadi sebuah senter. Makhluk tersebut langsung bangun dan mereka pun saling pukul hingga orang berhelm tersebut berhasil melumpuhkannya dan hendak memukulnya. Akan tetapi tiba-tiba makhluk tersebut menghilang dan langsung muncul ke belakang tubuh orang berhelm tersebut dan memukulnya hingga terjatuh. Gubrak!! “menjauh darinya!” teriak Aisyah sambil melemparkan batu bata ke makhluk tersebut. Pak! Pik! Puk! Lemparan batu Aisyah yang dibantu oleh Rasti melesat tepat di wajah makhluk tersebut. Dengan izin Allah batu tersebut terasa sangat dan sangat menyakitkan baginya karena setiap akan melemparkan batu, Aisyah dan Rasti membaca “Bismillahirrahmannirrahim”. Setelah cukup merasa menderita makhluk tersebut menghilang dan muncul di atas gedung. “Hahaahehee.. Mereka tidak akan bisa menangkapku!! Hahahehe..” kata makhluk tersebut, bahagia. “ehem!! Kata… Siapa coba?” ucap orang berhelm yang…. “Ba bagaimana engkau a ada di disini?” tanya makhluk tersebut heran. “Dari …tadi!!. BISMILAHIRRAHMANNIRRAHIM”. Kata orang berhelm tersebut sambil memukul makhluk tersebut dengan keras. Saking kerasnya makhluk tersebut terpelanting jatuh ke lapangan bola yang di sana sudah menunggu… “kkaau llagggi?”. Tanya makhluk tersebut bertambah gugup. “Take This! BISMILAHIRRAHMANNIRRAHIM”. Teriak orang berhelm sambil memukul makhluk tersebut sehingga dia terpelanting kembali ke lorong kecil tadi.

“sebaiknya kalian cepat pulang!” perintah orang berhelm yang ada di lorong kecil tersebut. Kedegubrak!! Ternyata makhluk tersebut sudah kembali ke lorong dalam keadaan… Menyedihkan.. Sungguh menyedihkan… “Pergi!”. Teriak orang berhelm. Aisyah dan Rasti pun langsung pergi. “Sudah cukup! Waktunya engkau untuk bertaubat!”. ucap orang berhelm terebut sambil menunjuk makhluk tersebut. “ghhuaarhhh!! Tolong!” ternyata di dalam makhluk tersebut terdapat manusia di dalamnya. Manusia yang digantung di pohon beringin. “BISMILLAHIRRAHMANNIRRAHIM! Ayo! Ke..lu..ar..kan!!”. Teriak Orang berhelm sambil memegang bahu makhluk tersebut dan menariknya. Dan akhirnya manusia tersebut ke luar dari tubuhnya yang menyebabkan makhluk tersebut menjadi kalang-kabut.

“Aaaaahhh” teriak makhluk tersebut sambil memegang kepalanya. Tiba-tiba lorong tersebut menjadi gelap dan… “Astaghfirullah Apa yang terjadi?” pikir orang berhelm. “Tidakkah engkau mengingatnya? Ini adalah… Hati gelapmu!!.” Jawab makhluk tersebut. “Ingat! Ingat semuanya! Semua dosa kejahatan dan kesalahan yang telah engkau perbuat!!.” Sambung makhluk tersebut. Hal tersebut membuat orang berhelm tersebut menjadi tidak karuan hingga akhirnya dia duduk dengan menegakkan pahanya dan membentangkan kaki bagian bawahnya sehingga tubuhnya membentuk huruf L.. “Kesalahan? Dosa? Semuanya? Hal tersebut… Heh.. Kau salah! Allah telah memngampuni hal tersebut dan sebagai kenangan hal tersebut merupakan pelajaran bagiku untuk tidak mengulanginya di masa yang akan datang!” teriak Hasan. Hal tersebut membuat ilusi kegelapan yang dibuat oleh makhluk tersebut langsung hancur berkeping-keping. “duniaku hancur?! Aaarhh!” teriak makhluk tersebut. “Sekarang waktumu untuk bertaubat! ucapkan!” ucap Orang berhelm sambil kembali menunjukkan telunjuknya. Makhluk itu pun bertaubat dengan khusuk (kelihatannya). Setelah makhluk tersebut bertaubat orang berhelm langsung pergi meninggalkan tempat tersebut. Belum lagi 5 langkah makhluk aneh tadi berencana untuk memukulnya tetapi entah kenapa badannya menjadi sangat kaku tak bisa bergerak. Karena khawatir makhluk tersebut pun mengakui kebesaran Allah dan mengucapkan “ASYHADU ANLA ILAHA ILALLAH WA ASYHADU ANNA MUHAMMADAR RASULULLAH”. Setelah mengucapkan hal tersebut makhluk tersebut berubah menjadi cahaya dan menghilang.

“Hasan!” Panggil Rio sambil menepuk bahu orang berhelm tersebut. ‘Heii.. Keren makhluk tersebut akhirnya pergi untuk selamanya”. Sambung Agus. Sebenarnya orang berhelm yang bertarung dengan makhluk tadi ada 3 oleh sebab itu dia bisa ada di 3 tempat sekaligus. Orang berhelm tersebut beranjak pergi dari tempat itu seakan tidak terjadi apa-apa sambil berpikir “aku? Siapa aku? Apa takdirku? Segala sesuatu yang terjadi padaku merupakan sebuah pelajaran bagiku. Mungkin inilah takdirku, salah satu tujuan hidupku! Aku…. Hamba Allah, Muslim.Dan semua yang terjadi padaku adalah sebuah misteri ilahi yang tidak bisa kubayangkan dan misteri itulah… Takdirku”. “Hasan! Kamu denger nggak?”. Teriak Agus dari belakang. “ya… Kenapa manggil aku?” sahut Hasan yang muncul tiba-tiba dari belakang Rio dan Agus. Rio dan Agus terdiam seribu bahasa sambil menatap Hasan dan orang berhelm yang telah menghilang ditelan malam. Gubrak! “yah… Pingsan lagi!”. Ucap Hasan bingung.

FABEL: PERSAHABATAN BURUNG PIPIT DAN BURUNG RAJAWALI

 


 Suatu hari, Rajawali dan Pipit hinggap bersama di sebuah batu besar.

"Selamat pagi, Rajawali," sapa Pipit ramah.
Rajawali melirik sedikit pada Pipit. Lalu dengan kepala yang terangkat tinggi ia menjawab, "Selamat pagi juga."
"Semoga hari ini semua pekerjaan berjalan lancar." kata Pipit.
"Memang sudah seharusnya begitu," kata Rajawali dengan angkuh. "Aku ingatkan! Kami adalah raja di antara semua burung.

Karena itu, lain kali, sebelum kami bicara, kau jangan menyapa kami dulu!"
"Tapi kita kan satu keluarga?" Pipit memandangi Rajawali dengan heran.
Rajawali menatap Pipit dengan kesal."Kata siapa kita satu keluarga?" bentaknya, meremehkan Pipit.
Dengan tenang Pipit berkata,"Aku ingatkan aku juga bia terbang tinggi seperti kamu. Bahkan aku bisa melakukan hal yang tidak bisa kau lakukan, seperti bernyanyi. Aku bisa menghibur mahkluk lain di bumi."
Perkataan Pipit membuat Rajawali marah. "Berani-beraninya kau membandingkan dirimu dengan aku, mahkluk kecil! Apa kau tidak lihat? Ukuran tubuhmu hanya sebesar batang kakiku! Begitu kuinjak elayang nyawamu!"
Pipit tidak berkata apa-apa. Dengan tenang ia terbang ke atas punggung Rajawali dan hinggap di sana. Kemudian ia mulai mematuk-matuki bulu Rajawali. Betapa kesalnya Rajawali. Ia segera terbang ke angkasa. Dengan berbagai macam gerakan, ia berusaha menjatuhkan Pipit dari punggungnya. Namun tidak berhasil. Pipit melekat di tubuhnya seperti dilem. Rajawali terpaksa hinggap kembali di batu besar tadi. Namun Pipit tetap tidak mau turun.
Pada saat itu lewatlah Kura-kura. Ia tertawa terbahak-bahak melihat pemandangan itu.
"Apa yang kau tertawakan hai mahkuk yang lamban?" bentak Rajawali pada Kura-kura.
Sambil masih tertawa ia berkata,"Sepertinya, kau telah menjadi kuda tunggangan bagi Pipit! Hahaha......."
"Ini adalah urusanku dengan saudaraku. Jangan campuri urusan keluarga kami. Pergi sana! Uruslah urusanmu sendiri!" bentak Rajawali dengan marah. Karena malu ditertawakan, ia terpaksa berkata begitu.
Setelah itu Rajawali terbang tinggi lagi, dengan Pipit masih ada di punggungnya.