"Selamat pagi, Rajawali," sapa Pipit ramah.
Rajawali melirik sedikit pada Pipit. Lalu dengan kepala yang terangkat tinggi
ia menjawab, "Selamat pagi juga."
"Semoga hari ini semua pekerjaan berjalan lancar." kata Pipit.
"Memang sudah seharusnya begitu," kata Rajawali dengan angkuh.
"Aku ingatkan! Kami adalah raja di antara semua burung.
Karena itu, lain kali, sebelum kami bicara, kau jangan menyapa kami dulu!"
"Tapi kita kan satu keluarga?" Pipit memandangi Rajawali dengan
heran.
Rajawali menatap Pipit dengan kesal."Kata siapa kita satu keluarga?"
bentaknya, meremehkan Pipit.
Dengan tenang Pipit berkata,"Aku ingatkan aku juga bia terbang tinggi
seperti kamu. Bahkan aku bisa melakukan hal yang tidak bisa kau lakukan,
seperti bernyanyi. Aku bisa menghibur mahkluk lain di bumi."
Perkataan Pipit membuat Rajawali marah. "Berani-beraninya kau
membandingkan dirimu dengan aku, mahkluk kecil! Apa kau tidak lihat? Ukuran
tubuhmu hanya sebesar batang kakiku! Begitu kuinjak elayang nyawamu!"
Pipit tidak berkata apa-apa. Dengan tenang ia terbang ke atas punggung Rajawali
dan hinggap di sana. Kemudian ia mulai mematuk-matuki bulu Rajawali. Betapa
kesalnya Rajawali. Ia segera terbang ke angkasa. Dengan berbagai macam gerakan,
ia berusaha menjatuhkan Pipit dari punggungnya. Namun tidak berhasil. Pipit
melekat di tubuhnya seperti dilem. Rajawali terpaksa hinggap kembali di batu
besar tadi. Namun Pipit tetap tidak mau turun.
Pada saat itu lewatlah Kura-kura. Ia tertawa terbahak-bahak melihat pemandangan
itu.
"Apa yang kau tertawakan hai mahkuk yang lamban?" bentak Rajawali
pada Kura-kura.
Sambil masih tertawa ia berkata,"Sepertinya, kau telah menjadi kuda tunggangan
bagi Pipit! Hahaha......."
"Ini adalah urusanku dengan saudaraku. Jangan campuri urusan keluarga
kami. Pergi sana! Uruslah urusanmu sendiri!" bentak Rajawali dengan marah.
Karena malu ditertawakan, ia terpaksa berkata begitu.
Setelah itu Rajawali terbang tinggi lagi, dengan Pipit masih ada di
punggungnya.