Tarian Gambyong
merupakan tarian tradisional yang berasal dari daerah Surakarta. Pada awalnya
tarian gambyong merupakan tarian rakyat untuk memeriahkan suasane ketika musim
panen padi.
Namun
untuk saat ini tarian gambyong juga dipakai untuk acara sakral dan sekaligus
sebagai penghormatan kepada tamu.
Untuk sejarahnya, nama Gambyong ini
diambil dari salah satu nama penari wanita jaman dulu yakni Sri Gambyong.
Penari
wanita tersebut memiliki suara emas dan tubuh yang lentur sehingga dengan kedua
bakat yang dimilkinya, nama Gambyong bisa cepat terkenal dan diminati oleh
banyak orang.
Hingga
pada suatu hari nama gambyong itu terdengar di telinga Sultan Paku Buono IV dan
membuat ia diundang sang raja untuk menari di istana.
Sesuai
dengan ketenarannya, Sri Gambyong berhasil membuat seluruh warga istana
terpikat dengan tariannya. Tidak berhenti disini, tariannya pun dipelajari dan
dikembangkan di istana hingga akhirnya dinobatkan sabagai tarian khas istana.
Untuk
busana yang biasa digunakan ialah busana kembem sebahu yanng dilengkapi dengan
selendang. Sedangkan untuk jumlah penarinya tidak disyaratkan.
Pada
dasarnya tarian gambyong sangat identik dengan warna hijau dan kuning. Namun
seiring dengan perkembangan zaman, warna bukanlah sesuatu hal mendasar
yang tidak dapat diubah meskipun pada hakikatnya warna juga dapat menjadi iri
khas.
Untuk
musik yang biasa digunakan untuk mengiringi tarian gambyong ialah musik
gamelan seperti kendhang, gong dan kenong.