Makhluk tersebut terus mendekat,
mendekat dan mendekat. Seperti seekor predator yang menginginkan mangsanya.
“Tolong” teriak mereka bersamaan. Aisyah dan Rasti gemetaran dan saling
memegang tangan satu sama lain. “Ya Allah tolong kami!” teriak Aisyah.
Tiba-tiba sebuah cahaya putih-kuning melesat dengan cepat dari belakang makhluk
tersebut dan akhirnya menabrak makhluk tersebut hingga jatuh. Karena cahaya
tersebut sangat terang Aisyah dan Rasti menutup mata mereka dengan tangan
mereka. Dan ketika mereka membuka mata…
2 bulan yang lalu.. Universitas
TKS.
“Aduh… Pusing kepalaku” Kata Rio kesal sambil memegang kepalanya. “Kenapa?”
Tanya Agus. “Gara-gara pak kumis itu! Matematikanya, Aduh!! Susah banget!”
Jawab Mio sambil menggenggam tangannya dengan kuat dan memukulkannya ke meja
Kantin. (pause dulu ya.. Ini Rio. Orangnya baik, pintar, mudah bergaul juga
jago olahraga terutama bulutangkis. Hanya saja dia ini mudah kesal terutama
pada setiap hal yang tidak disukainya. Oke! Play lagi…). “kamu ini! Meja gak
salah malah di pukul! Lebih susah lagi pelajaran aku, Bahasa Inggris! Dengan
pak Inggris itu..” Jawab Agus sambil memutar bola matanya. (Pause lagi ya… nah
yang satu ini namanya Agus! Badannya besar juga tinggi menunjukkan bahwa dirinya
adalah seorang atlet, dia Baik juga pintar hanya saja dia sedikit ceroboh. It’s
time to play again…).
“Karena Mata pelajaran kuliah sudah habis mampir dulu yuk kerumah!”. Ajak Rio.
Agus menerima ajakan Rio dan segera pergi.
Di perjalanan….
“Kawan-kawan tunggu!!” Panggil Hasan sambil berteriak. (Pause sekali lagi!
Hasan, orangnya ini baik, pintar badannya tinggi dan sedikit besar. Akan tetapi
walaupun berbekal tubuh yang seperti itu, dia sama sekali tidak pernah
menunjukkan kekuatannya pada siapapun. Play….). “Hasan ayo!”. Panggil Agus. Di
perjalanan, “Grraahhmm!!”. Suara teriakan menyeramkan memekakkan telinga
tersebut mengejutkan kawanan 3 serangkai tersebut. “eh.. Suara apa itu?”. Tanya
Agus terkejut. “periksa aja yuk!” sambung Rio mengajak. “Hasan, kamu ikut
tidak?”. Tanya Rio. “hah.. Iya deh jawab Hasan sedikit ragu. Setelah
diperiksa.. Alangkah terkejutnya mereka melihat seorang laki-laki seperti
seorang preman diikat kedua tangannya di akar pohon beringin sehingga tubuhnya
membentuk huruf “Y”. “Astagfirullah! Apa yang terjadi?”. Tanya Hasan dengan
jantung berdebar karena terkejut. “kamu nih nanya sama siapa? Emangnya kami
tahu?”. Jawab Rio, panik. “Udah! Tolongin yuk”. Ajak Agus.
Mereka pun menolong orang yang
diikat tersebut dengan memanjat. “Paman! Bangun paman!.” teriak Rio. “emangnya
dia ini paman kamu Yo?” tanya Agus. “Ssst.. Diam! Orang lagi panik malah
bercanda!” jawab Rio tegas. “pak! Bangun pak!” panggil Agus memotong ucapan
Rio. “nah.. Sekarang emangnya dia jadi bapak kamu ya Agus!” tanya Rio membalas.
Belum sempat Agus memberi jawaban Hasan berkata “Hei diam! Seperti anak kecil
saja! sekarang paman ini sudah mulai bergerak”. Benar saja! Orang tersebut
langsung bergerak! Dan… “Ugh… Allahu Akbar”. ucap Hasan. Ternyata paman
tersebut langsung mencekik Hasan tanpa alasan yang jelas. “Astagfirullah! Apa
yang paman lakukan?”. Teriak Agus tegang. Bola Mata orang tersebut langsung
berubah merah dan seketika tubuhnya pun dipenuhi dengan bulu juga mulutnya yang
memoncong dengan taring yang tajam seperti serigala jadi-jadian.
Kawan-kawan Hasan yang mencoba
menolongnya langsung pingsan melihat wujud asli yang mereka tidak pernah
melihatnya. Cengkeraman tangannya pada leher Hasan semakin kuat hingga… Allahu
Akbar, Allahu Akbar… Suara Adzan telah berkumandang dan waktu Ashar telah tiba.
Makhluk tersebut seketika melepas tangannya dari leher hasan dan langsung
menghilang menjauh tak tahan akan suara Adzan yang baginya seperti senapan yang
siap membunuhnya. “Alhamdulillah… Maha Besar Allah”. Ucap Hasan. Hasan mencoba
tuk membangunkan kedua temannya tersebut dan akhirnya mengajak mereka untuk
shalat Ashar berjama’ah di Masjid. Mulai dari bangun dari pingsannya sampai
pulang dari Masjid kawanan 3 serangkai tersebut diam seribu bahasa.
“kamu nggak apa-apa kan? Hasan?”
tanya Rio. “Tidak! Tidak apa-apa!” Jawab Hasan sambil menggelengkan kepalanya.
“Dengar ya! Kita sebagai makhluk Allah yang paling sempurna tidak diperbolehkan
untuk takut pada sesama makhluk Allah juga! Ingatlah kita itu harus selalu
takut kepada Allah saja!”. Sambung Hasan menasihati.
Ghghdsguuhgdaaghrr… Suara yang
sangat besar memekakkan telinga itu ternyata sebuah ledakan. Ledakan misterius
tersebut membekaskan sebuah lubang besar di lapangan universitas. Semenjak
kejadian tak mengenakan tersebut terjadilah berbagai teror yang terjadi…
berhari-hari, berminggu-minggu sampai berbulan-bulan. Dan sang penyebab teror
tersebut tidak lain tidak bukan makhluk jadi-jadian tersebut.
3 serangkai tadi merasa bersalah
bahwa merekalah yang telah menyebabkan teror tersebut. Dan untuk menebusnya
mereka akan berusaha untuk menangkap makhluk tersebut. Kebetulan saat itu
mereka sedang libur. “Untuk menangkap makhluk tersebut kita memerlukan
persiapan yang matang! Pertama kita harus mengetahui kapan makhluk tersebut
muncul!” ungkap Agus. “Dia selalu muncul tepat pada pukul 10.10 menit dan 10
detik malam.” Jawab Rio. “karena dia muncul pada malam hari, kita memerlukan
penerangan yang memadai.” “oke pertama alat penerangan!” ucap Rio sambil menulisnya
di buku catatan kecilnya. “Kemudian kita butuh…”. Tak terasa waktu malam telah
tiba sehabis sholat Isya mereka langsung berpencar mencari makhluk tersebut
dengan peralatan yang sudah mereka persiapkan.
Di sebuah toko kecil dua gadis
remaja keluar dari sana. Mereka hendak untuk pulang ke rumah. Tepat pukul 10.10
Makhluk jadi-jadian tersebut terbang ke luar dan menculik salah seorang di
antara mereka, Aisyah. Temannya yang satunya, Rasti tidak tinggal diam dan
langsung mengejar makhluk tersebut. Ketika sampai di sebuah lorong kecil
makhluk tersebut melemparkan Aisyah kebagian sudutnya. “Aisyah! Kau tidak
apa-apa?” Tanya Rasti sambil mendekati Aisyah. Makhluk tersebut turun dari atas
lorong dengan membawa sebuah pisau kecil. Makhluk tersebut terus mendekat, mendekat
dan mendekat. Seperti seekor predator yang menginginkan mangsanya. “Tolong”
teriak mereka bersamaan. Aisyah dan Rasti gemetaran dan saling memegang tangan
satu sama lain. “Ya Allah tolong kami!” teriak Aisyah. Tiba-tiba sebuah cahaya
putih-kuning melesat sambil mengatakan “Hentikan!” dengan cepat dari belakang
makhluk tersebut dan akhirnya menabrak makhluk tersebut hingga jatuh. Karena
cahaya tersebut sangat terang Aisyah dan Rasti menutup mata mereka dengan
tangan mereka. Dan ketika mereka membuka mata…
Seorang pria menggunakan helm
dengan tangan yang bercahaya telah berdiri di depan mereka. Tangannya yang
bercahaya tersebut sebenarnya berasal dari sarung tangan yang telah
dimodifikasi menjadi sebuah senter. Makhluk tersebut langsung bangun dan mereka
pun saling pukul hingga orang berhelm tersebut berhasil melumpuhkannya dan
hendak memukulnya. Akan tetapi tiba-tiba makhluk tersebut menghilang dan
langsung muncul ke belakang tubuh orang berhelm tersebut dan memukulnya hingga
terjatuh. Gubrak!! “menjauh darinya!” teriak Aisyah sambil melemparkan batu
bata ke makhluk tersebut. Pak! Pik! Puk! Lemparan batu Aisyah yang dibantu oleh
Rasti melesat tepat di wajah makhluk tersebut. Dengan izin Allah batu tersebut
terasa sangat dan sangat menyakitkan baginya karena setiap akan melemparkan
batu, Aisyah dan Rasti membaca “Bismillahirrahmannirrahim”. Setelah cukup
merasa menderita makhluk tersebut menghilang dan muncul di atas gedung.
“Hahaahehee.. Mereka tidak akan bisa menangkapku!! Hahahehe..” kata makhluk tersebut,
bahagia. “ehem!! Kata… Siapa coba?” ucap orang berhelm yang…. “Ba bagaimana
engkau a ada di disini?” tanya makhluk tersebut heran. “Dari …tadi!!.
BISMILAHIRRAHMANNIRRAHIM”. Kata orang berhelm tersebut sambil memukul makhluk
tersebut dengan keras. Saking kerasnya makhluk tersebut terpelanting jatuh ke
lapangan bola yang di sana sudah menunggu… “kkaau llagggi?”. Tanya makhluk
tersebut bertambah gugup. “Take This! BISMILAHIRRAHMANNIRRAHIM”. Teriak orang
berhelm sambil memukul makhluk tersebut sehingga dia terpelanting kembali ke
lorong kecil tadi.
“sebaiknya kalian cepat pulang!”
perintah orang berhelm yang ada di lorong kecil tersebut. Kedegubrak!! Ternyata
makhluk tersebut sudah kembali ke lorong dalam keadaan… Menyedihkan.. Sungguh
menyedihkan… “Pergi!”. Teriak orang berhelm. Aisyah dan Rasti pun langsung
pergi. “Sudah cukup! Waktunya engkau untuk bertaubat!”. ucap orang berhelm
terebut sambil menunjuk makhluk tersebut. “ghhuaarhhh!! Tolong!” ternyata di
dalam makhluk tersebut terdapat manusia di dalamnya. Manusia yang digantung di
pohon beringin. “BISMILLAHIRRAHMANNIRRAHIM! Ayo! Ke..lu..ar..kan!!”. Teriak
Orang berhelm sambil memegang bahu makhluk tersebut dan menariknya. Dan
akhirnya manusia tersebut ke luar dari tubuhnya yang menyebabkan makhluk tersebut
menjadi kalang-kabut.
“Aaaaahhh” teriak makhluk tersebut
sambil memegang kepalanya. Tiba-tiba lorong tersebut menjadi gelap dan…
“Astaghfirullah Apa yang terjadi?” pikir orang berhelm. “Tidakkah engkau
mengingatnya? Ini adalah… Hati gelapmu!!.” Jawab makhluk tersebut. “Ingat!
Ingat semuanya! Semua dosa kejahatan dan kesalahan yang telah engkau
perbuat!!.” Sambung makhluk tersebut. Hal tersebut membuat orang berhelm
tersebut menjadi tidak karuan hingga akhirnya dia duduk dengan menegakkan
pahanya dan membentangkan kaki bagian bawahnya sehingga tubuhnya membentuk
huruf L.. “Kesalahan? Dosa? Semuanya? Hal tersebut… Heh.. Kau salah! Allah
telah memngampuni hal tersebut dan sebagai kenangan hal tersebut merupakan
pelajaran bagiku untuk tidak mengulanginya di masa yang akan datang!” teriak
Hasan. Hal tersebut membuat ilusi kegelapan yang dibuat oleh makhluk tersebut
langsung hancur berkeping-keping. “duniaku hancur?! Aaarhh!” teriak makhluk
tersebut. “Sekarang waktumu untuk bertaubat! ucapkan!” ucap Orang berhelm
sambil kembali menunjukkan telunjuknya. Makhluk itu pun bertaubat dengan khusuk
(kelihatannya). Setelah makhluk tersebut bertaubat orang berhelm langsung pergi
meninggalkan tempat tersebut. Belum lagi 5 langkah makhluk aneh tadi berencana
untuk memukulnya tetapi entah kenapa badannya menjadi sangat kaku tak bisa
bergerak. Karena khawatir makhluk tersebut pun mengakui kebesaran Allah dan
mengucapkan “ASYHADU ANLA ILAHA ILALLAH WA ASYHADU ANNA MUHAMMADAR RASULULLAH”.
Setelah mengucapkan hal tersebut makhluk tersebut berubah menjadi cahaya dan
menghilang.
“Hasan!” Panggil Rio sambil
menepuk bahu orang berhelm tersebut. ‘Heii.. Keren makhluk tersebut akhirnya
pergi untuk selamanya”. Sambung Agus. Sebenarnya orang berhelm yang bertarung
dengan makhluk tadi ada 3 oleh sebab itu dia bisa ada di 3 tempat sekaligus.
Orang berhelm tersebut beranjak pergi dari tempat itu seakan tidak terjadi
apa-apa sambil berpikir “aku? Siapa aku? Apa takdirku? Segala sesuatu yang
terjadi padaku merupakan sebuah pelajaran bagiku. Mungkin inilah takdirku,
salah satu tujuan hidupku! Aku…. Hamba Allah, Muslim.Dan semua yang terjadi
padaku adalah sebuah misteri ilahi yang tidak bisa kubayangkan dan misteri
itulah… Takdirku”. “Hasan! Kamu denger nggak?”. Teriak Agus dari belakang. “ya…
Kenapa manggil aku?” sahut Hasan yang muncul tiba-tiba dari belakang Rio dan
Agus. Rio dan Agus terdiam seribu bahasa sambil menatap Hasan dan orang berhelm
yang telah menghilang ditelan malam. Gubrak! “yah… Pingsan lagi!”. Ucap Hasan
bingung.