Di sebuah
desa kecil yang damai, tinggallah dua sahabat yang sangat berbeda: Koko si
kucing dan Kuri si kura-kura. Koko terkenal lincah, cepat, dan sedikit sombong.
Sementara Kuri dikenal lambat, tenang, dan selalu membawa rumahnya ke mana pun
ia pergi.
Suatu hari,
Koko duduk di atas pagar sambil mengejek Kuri yang sedang berjalan pelan sekali
menuju kolam.
“Hei, Kuri!
Kamu itu jalan atau lagi ngelamun? Kalau kamu lomba jalan sama siput, bisa-bisa
siputnya marah karena nungguin kamu!” kata Koko sambil tertawa terbahak-bahak.
Kuri
berhenti dan menatap Koko dengan sabar. “Kamu tahu, Koko? Kadang yang lambat
justru sampai duluan.”
Koko tertawa
lebih keras. “Apa?! Kamu mau bilang kamu bisa ngalahin aku dalam lomba?”
Kuri
tersenyum. “Yuk, kita buktikan. Kita adakan lomba dari sini sampai pohon mangga
besar di ujung padang rumput.”
Koko yang
merasa menang sebelum bertanding langsung menyetujui.
Keesokan
harinya, semua hewan di desa berkumpul. Ada Tikus, Ayam, Bebek, bahkan Si Babi
datang membawa popcorn (entah dari mana). Lomba dimulai!
“Tiga...
dua... satu... MULAI!” teriak Bebek yang jadi wasit.
Koko
langsung melesat seperti panah. Debu beterbangan, daun-daun berputar, dan dalam
hitungan detik, Koko sudah setengah jalan. Ia melihat ke belakang. Kuri bahkan
belum mencapai tikungan pertama.
“Yah, ini
terlalu mudah,” pikir Koko. “Aku tidur sebentar saja, masih sempat menang.”
Koko lalu
rebahan di bawah pohon sambil mengeong pelan, “Zzz... zzz…”
Sementara
itu, Kuri berjalan pelan-pelan, tapi tidak berhenti. “Langkah kecil, tapi
pasti,” gumamnya sambil senyum-senyum sendiri.
Jam demi jam
berlalu. Koko masih terlelap, bahkan sampai mimpi makan ikan bakar bersama
kucing Persia di Paris.
Kuri
akhirnya melewati Koko yang tidur pulas dan melanjutkan perjalanannya tanpa
suara. Ia tiba di garis akhir disambut tepuk tangan hewan-hewan desa.
Saat
matahari hampir terbenam, Koko terbangun dan terkejut melihat Kuri sudah
dikerubungi teman-teman yang bersorak.
“Apa?! Kok
bisa?!” tanya Koko panik.
Kuri hanya
tersenyum, “Kamu cepat, tapi aku konsisten.”
Koko
tertunduk malu, lalu tertawa. “Baiklah, Kuri. Mulai sekarang, aku nggak akan
meremehkan kura-kura lagi. Bahkan kalau kura-kura itu bawa koper.”
Semua hewan
tertawa. Bahkan Babi sampai tersedak popcorn.
Sejak hari
itu, Koko dan Kuri tetap bersahabat. Koko belajar untuk sabar, dan Kuri
belajar... untuk tetap jalan pelan saja. Karena kenapa harus cepat-cepat kalau
bisa santai dan tetap sampai?
Pesan moral: Jangan
sombong karena cepat, dan jangan minder karena lambat. Yang penting, terus melangkah!