MARBHIKE, ULAR PUTIH PEMBERANI

 


 

Pada zaman dahulu, di sebuah Kerajaan di daerah pesisir pantai Pasar Bawah Kabupaten Bengkulu Selatan, Provinsi Bengkulu. Hiduplah sepasang Raja dan Ratu. Sang Raja bernama Soeparau, sedangkan Sang Ratu bernama Dini Terira. Mereka berdua hidup bahagia sampai sang Ratu melahirkan.

Suatu hari, ketika sang Ratu hendak melahirkan, mereka mengharapkan anak yang berbakti dan berwibawa. Kalau bisa si cakep baik perempuan maupun laki-laki. Sebelum sang Ratu melahirkan, sang Ratu mendapat perasaan yang tidak baik terhadap kandungannya. Ternyata, perasaan itu menjadi kenyataan. Sang Ratu melahirkan anak yang tidak meraka harapkan. Akan tetapi, sang Ratu melahirkan seekor ular putih betina. Sang Ratu pun terkejut sambil berkata, “Ini tidak mungkin, ini hanya mimpi kan? Kanda, aku… aku… aku tidak mungkin melahirkan seekor ular putih ini, Ya Tuhan, apakah ini cobaan bagi keluargaku?” Ratu pun menangis karena Ratu tidak menyangka bahwa bayi yang ia lahirkan adalah seekor ular betina yang tidak mereka harapkan.

Lalu, sang ular putih pun berbicara “Bunda, ini merupakan sebuah kutukan dari seorang penyihir keji yang tidak menginginkan Bunda dan Ayah hidup bahagia.”
Ratu pun terkejut ketika mendengar perkataan dari ular putih itu, sambil berkata. “Ya Tuhan. Kanda, ular ini bisa berbicara, apakah ini merupakan keajaiban dari tuhan, Kanda?”
Raja pun tersenyum sambil menjawab, “Mungkin saja Dinda, maka dari itu, alangkah baiknya jika kita merawat ular ini sampai besar kelak, Dinda?” Sang Ratu pun menganggukkan kepalanya sambil berkata, “Baiklah, Kanda, ular ini akan Dinda beri nama Marbhike Poetrie, yaitu ular putih betina yang hebat.

6 tahun kemudian, Marbhike menjadi lebih dewasa, dia sering ke hutan mencari mangsa untuk makananannya sambil diikuti lima orang penjaga.

Suatu hari, entah kenapa dia hanya ingin pergi ke hutan sendirian tanpa harus dikawal para penjaga istana. Ratu melarang Marbhike kehutan sendirian karena ia khawatir terjadi hal-hal buruk yang menimpa Marbhike. Akan tetapi Marbhike merujuk terus-menerus sampai Ratu mengizinkan ia pergi. Ratu sangat keberatan ditinggal Marbhike. Akan tetapi, mau gimana lagi, sang Ratu hanya bisa pasrah sambil berkata, “dengan berat hati bunda melepasmu, nak.” Ratu bersedih. “Terimakasih Bunda, aku akan membawakan kejutan untukmu. Aku berjanji, Bunda.”

Marbhike pun pergi dengan waspada. Ketika di tengah tengah perjalanan. Ternyata, banyak sekali mata-mata yang mengikutinya, termasuk ayahnya. Mereka mengikuti Marbhike agar tidak terjadi hal-hal yang demikian. Mereka sangat sayang kepada Marbhike, karna Marbhike adalah seekor ular yang imut, manis, pintar, dan bisa berbicara.

Ketika Marbhike di tengah-tengah hutan, Marbhike mendengar suara misterius yang menyebut namanya. “Marbhike… Marbhike… Marbhike..” Marbhike sangat ketakutan ketika mendengar suara misterius itu. Tiba-tiba… “auuuu… wah, cantik sekali diriku. Mungkin ini hanya mimpi, coba aku cubit pipiku. Au, sakit.” Marbhke sangat tidak menyangka perkataan yang ia bilang kepada bundanya menjadi kenyataan. “terimakasih, Ya Tuhan. Engkau telah membuatku menjadi manusia” Marbhike terharu.

Tetapi, Marbhike tidak mengetahui bagaimana caranya ia pulang. Untung saja ada sang raja dan pasukanya. Marbhike pun pulang dengan wajah yang sangat gembira dan rindu kepada sang bunda.

Sesampainya di Istana, Marbhike langsung memeluk bunda dan ayahnya. Marbhike menangis terharu karena tidak menyangka dirinya akan menjadi seperti ini. “Bunda, aku sangat senang akhirnya diriku bisa memelukmu. Ayah, terimakasih telah mengantarkanku pulang dengan selamat, yah. Engkau memang ayah yang cerdik dan pemberani.
Marbhike pun menikah dengan sang pangeran dari kerajaan sebelah. Dan akhirnya, Marbhike, sang pangeran, raja, dan ratu pun hidup bahagia selama-lamanya.