POHON PISANG DAN MONYET YANG RAKUS

 

Di sebuah desa yang jauh dari keramaian, tumbuh sebuah pohon pisang yang tinggi dan rindang. Pohon pisang itu selalu dipenuhi dengan buah pisang yang matang dan lezat. Setiap hari, pohon pisang menyambut sinar matahari dengan senang hati, berharap bisa memberikan buah yang terbaik untuk siapa saja yang membutuhkan.

Suatu pagi, Monyet yang sedang berjalan-jalan di hutan melihat pohon pisang itu. Ia sangat lapar, dan bau harum pisang yang matang membuat perutnya keroncongan. Monyet yang licik itu pun mendekat.

"Hmm, pohon pisang ini tampaknya sangat lezat," pikir Monyet. Tanpa ragu, ia mulai memetik pisang-pisang yang matang dan memakannya dengan lahap.

Pohon pisang yang sedang berayun tertiup angin, mendengar suara Monyet yang makan dengan rakus. "Monyet, apakah kamu tidak merasa kasihan padaku? Aku hanya bisa memberikan buah-buah ini sedikit-sedikit, dan kamu langsung memakannya semua," kata Pohon Pisang dengan suara lembut.

Monyet berhenti sejenak dan menatap pohon pisang itu dengan tersenyum licik. "Aku sangat lapar, Pohon Pisang. Kamu punya banyak pisang, jadi kenapa tidak memberikannya semua padaku?" jawab Monyet tanpa merasa bersalah.

Pohon Pisang menghela napas dan berkata, "Aku tahu kamu lapar, tapi jika kamu makan semua pisang ini, bagaimana kalau ada hewan lain yang juga membutuhkan? Aku bisa memberikan pisang kepadamu, tapi ingatlah untuk tidak serakah."

Namun, Monyet yang merasa lapar terus memetik dan memakan lebih banyak pisang. "Tidak masalah, aku bisa makan sebanyak yang aku mau. Lagipula, aku yang pertama datang ke sini," jawabnya dengan angkuh.

Hari demi hari, Monyet datang dan memetik pisang tanpa henti, hingga pohon pisang itu hampir tak tersisa buahnya. Akhirnya, Pohon Pisang yang sudah lelah dan kehabisan buah berkata dengan pelan, "Monyet, aku sudah tidak bisa memberimu pisang lagi. Buah-buahku sudah habis karena kamu terlalu rakus."

Monyet merasa kesal dan mulai mencari pohon pisang lain. Namun, pohon-pohon lain jauh lebih kecil dan tidak memiliki pisang sebanyak pohon pisang yang pertama.

Seiring waktu, Monyet mulai merasa kesepian dan lapar. Ia tidak menemukan pohon pisang lain yang memberi buah sebanyak pohon yang pertama. Ia kembali ke pohon pisang yang dulu, tetapi pohon itu sudah tidak bisa memberinya apa-apa lagi.

"Aku menyesal telah terlalu rakus," kata Monyet dengan suara penuh penyesalan. "Seandainya aku mendengarkan nasihat Pohon Pisang, mungkin aku masih bisa menikmati pisang itu."

 

Pesan Moral: Keserakahan seringkali membawa penyesalan. Kita harus belajar untuk tidak mengambil lebih dari yang kita butuhkan dan menghargai apa yang kita miliki.