Ungkapan tradisional yang memiliki makna kiasan, bersifat tetap, dan digunakan untuk memberikan nasihat, teguran, atau sindiran, serta mencerminkan pandangan hidup masyarakat Jawa. Istilah "unen-unen" sendiri secara harfiah berarti "ungkapan" atau "ucapan".
Unen-unen
terbagi menjadi beberapa jenis utama, dengan tiga yang paling dikenal adalah:
1.
Paribasan (Peribahasa)
Paribasan
adalah unen-unen yang memiliki arti kiasan, bersifat tetap, dan tidak
menggunakan kata-kata perumpamaan (seperti 'kaya', 'kadi', 'lir') secara
eksplisit. Maknanya langsung merujuk pada situasi tertentu.
- Ciri-ciri:
- Makna
kiasan.
- Bersifat
tetap, kata-katanya tidak bisa diubah.
- Tidak
menggunakan kata perumpamaan.
- Contoh:
- Adigang,
adigung, adiguno: Mengandalkan kekuatan, kekuasaan, dan
kepintaran/kesombongan.
- Desa
mawa cara, negara mawa tata: Setiap daerah memiliki
adat istiadat sendiri, setiap negara memiliki aturan sendiri (serupa
dengan "di mana bumi dipijak, di situ langit dijunjung").
- Ciri
wanci lelai ginawa mati: Watak atau sifat buruk
seseorang sulit diubah dan akan dibawa sampai mati.
2.
Bebasan (Ungkapan)
Bebasan
adalah unen-unen yang memiliki arti kiasan, bersifat tetap, dan mengandung
ungkapan pengandaian. Subjek atau orang yang diumpamakan tidak disebutkan
secara langsung, melainkan digambarkan melalui sifat atau perbuatannya.
- Ciri-ciri:
- Makna
kiasan.
- Bersifat
tetap.
- Mengandung
pengandaian atau perumpamaan.
- Yang
diandaikan adalah sifat atau perbuatan seseorang.
- Contoh:
- Mikul
dhuwur mendhem jero: Menjunjung tinggi derajat orang tua (ayah
ibu) dan menutupi aib/keburukan mereka.
- Nglungguhi
klasa gumelar: Mendapatkan kenikmatan atau warisan tanpa
perlu bekerja keras.
- Arep
jamure emoh watange: Ingin hasilnya saja tapi tidak mau
menanggung kesusahannya/prosesnya.
3.
Saloka (Perumpamaan)
Saloka
adalah unen-unen yang memiliki arti kiasan, bersifat tetap, dan mengandung
ungkapan pengandaian, di mana subjek (orangnya) disebutkan secara eksplisit dan
diumpamakan dengan hewan, tumbuhan, atau benda tertentu.
- Ciri-ciri:
- Makna
kiasan.
- Bersifat
tetap.
- Menggunakan
perumpamaan.
- Orang
yang diumpamakan disebutkan, diikuti perumpamaan benda/hewan.
- Contoh:
- Belo
melu seton: Orang yang ikut-ikutan tanpa mengetahui
tujuan atau maksud yang sebenarnya.
- Cecak
nguntal empyak: Cita-cita atau keinginan yang tidak
seimbang dengan kemampuan atau kekuatannya.
- Gajah
ngidak-ngidak rumput: Orang kuat/berkuasa menindas orang lemah.
Secara
umum, fungsi unen-unen dalam masyarakat Jawa adalah sebagai media pendidikan
moral dan etika, pengingat, serta penjaga norma sosial yang diwariskan secara
turun-temurun. Unen-unen membantu membentuk budi pekerti dan cara berperilaku
yang baik dalam kehidupan bermasyarakat