Dalam sebuah riwayat dikisahkan, bahwasanya setelah Allah menciptakan akal dan
dinobatkan sebagai ciptaan Allah yang mulia, maka Allah menciptakan nafsu.
Ketika nafsu diperintahkan menghadap dan Allah bertanya kepadanya: ”Siapakah
dirimu dan siapakah Aku?” Nafsu pun dengan santainya menjawab, ”Aku adalah aku
dan Engkau adalah Engkau.” Jawaban nafsu yang masih bersifat menentang itu,
pada akhirnya membuat dia dicelupkan ke dalam neraka Jahim oleh Allah ’Azza
wa Jalla.
Setelah mendekam dalam neraka Jahim selama seratus tahun, nafsu kemudian
dikeluarkan dan kepadanya diajukan kembali pertanyaan yang sama. ”Siapakah
engkau dan siapa Aku?” Agaknya, pencucian selama seratus tahun di dalam neraka
Jahim belum membuat nafsu jadi sadar tentang siapa dirinya dan siapa yang
menciptakannya.
Jawaban yang diberikan
oleh nafsu, masih tetap sama dengan sebelumnya. ”Aku adalah aku dan Engkau
adalah Engkau.” Kebodohan nafsu inilah yang membuatnya harus dicelup lagi ke
dalam neraka Juu’.
Usai menjalani pencucian di dalam neraka Juu’ selama seratus tahun, nafsu
kembali ditanya tentang hal yang sama. Kali ini, nafsu sudah mulai menyadari
tentang siapa dirinya. ”Aku adalah hambaMu dan Engkau adalah Tuhanku,” demikian
jawabnya. Konon, karena kebodohan dan pembangkangan nafsu inilah, maka Allah
kemudian mewajibkan kepadanya untuk berpuasa. Paling tidak, dalam setahun,
Allah memerintahkan hambaNya untuk berpuasa selama satu bulan penuh.